Hari sudah menjelang maghrib ketika rombongan tim #Roadshow Matapena sampai di PP Al-Falah Jember. Sang ketua Rayon rupanya sudah galau menunggu sejak siang. Katanya, dia sangat kahwatir kami nyasar atau sebagainya akibat jaringan media komunikasi yang (sedang) tidak stabil. Sementara, rute menuju Al-Falah sebenarnya tidak terlalu susah untuk dilacak. Memang banyak cara yang digunakan
mencari lokasi tersebut. Mengingat, GPS pun sudah bisa menjangkau dan Jember masihlah kota besar. Ya, Jember adalah kota besar karena banyaknya pesantren yang kokoh-kukuh mendidik santri-santrinya. Laiknya kota-kota lain itu.
Sebagaimana agenda di dua Pesantren sebelumnya, di Al-Falah Jember juga digelar Bedah Novel MAFIA Three in One karya Muhammad Mahrus. Yang membedakan dari sebelumnya, Sahabat-sahabat di sana sudah menyiapkan seorang pembedah dari kalangan santri senior yang juga aktif menemani proses kepenulisan anggota Matapena di sana, Ustadz Fathurrohman.
Sofyan Hadi (Sofi) memandu acara
Acara baru dimulai pada sekitar pukul 8 malam.
Sebagai moderator, Ustadz Sofyan Hadi (yang lebih akrab disapa Ustadz Sofi), memandu acara dengan joke-joke pesantren khas Madura. Menariknya lagi, peserta acara ini tidak dibatasi sehingga siapa saja sebenarnya bisa mengikuti. Secara kuantitas memang tidak begitu banyak.
Sebagai moderator, Ustadz Sofyan Hadi (yang lebih akrab disapa Ustadz Sofi), memandu acara dengan joke-joke pesantren khas Madura. Menariknya lagi, peserta acara ini tidak dibatasi sehingga siapa saja sebenarnya bisa mengikuti. Secara kuantitas memang tidak begitu banyak.
Tapi melihat antusiasme peserta, rupanya mereka adalah santri-santri yang punya gairah belajar tinggi. Dedah karya MAFIA Three in One menjadi semakin panas manakala Ustadz Fathurrahman melempar wacana kecurigaannya akan otentisitas serta originalitas karya Muhammad Mahrus tersebut. Sang pendedah melihat (sekilas) atas isi dari novel terbut memiliki keserupaan ide dengan film Three Idiot yang dibintangi Amir Khan. (Sudah pada nonton juga kah?).
Kontan saja, para peserta semakin menyimak pendapat-pendapat dari sang pembedah. Di sisi lain, Ustadz Fathurrohman, dengan kepiawaiannya menyampaikan gagasan, melempar bola dengan pendapatnya yang kurang sutuju akan isi naskah MAFIA Three in One. Dia khawatir ketika novel ini dikonsumsi oleh para santri, ini dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi para pembacanya. Dari sudut pandang santri, bisa saja novel ini menginspirasi mereka untuk melakukan tindak pelanggaran atas nama “sesuatu” yang barangkali dapat menjadi alasan.
Alasan atas ketidaksepakatannya dengan isi naskah MAFIA Three in One ini pada persoalan pengambilan pokok pemikiran beberapa tokoh yang dianggap “tidak baik” untuk diikuti oleh masyarakat atas dasar pemikirannya yang tidak lumrah. Apalagi, terkesan diambil sepotong-sepotong. Sehingga tidak kesemuanya pemikiran si tokoh yang difigurkan tersampaikan secara jelas.
Selain peserta, rupanya penulis juga cukup bertanggung jawab, semua dedahan dari Ustadz Fathurrahman disikapi dengan baik. Menurut Muhammad Mahrus, apa yang ia sajikan dalam karya hanya akan memberi pilihan kepada pembaca. Baginya “ilmu pengetahuan adalah hak bagi semua orang. Persoalan mau dipakai atau tidak dalam hidupnya, tergantung pengampunya.”[MF]
0 komentar:
Post a Comment