Kamis, 07 Pebruari 2008. Himpunan Alumni peduli Al-Fattah (HIMAPA), PK. PMII STIT Al-Fattah, dan Ponpes Al-Fattah bekerja sama dengan Penerbit LKiS Pelangi Aksara mengadakan Pelatihan Karya Tulis Santri dan Bedah Novel “Ning Aisya” se-Kabupaten Lamongan. Kegiatan ini dilaksanakan di aula PP. Al-Fattah Siman Sekaran Lamongan Jawa Timur, diikuti oleh sekitar 80 peserta yang terdiri dari mahasiswa, santri, dan pelajar tingkat SMA bahkan ada sebagian kecil pelajar SMP yang mengikutinya. Selain pelatihan dan bedah buku, panitia yang diketuai olah Ainul Abid juga mengadakan pameran buku dari Penerbit LKiS dan beberapa penerbit lain.
Tepat pukul 10 00 WIB pelatihan karya tulis santri dan Bedah Novel “Ning Aisya” Se-Kabupaten Lamongan secara resmi dibuka oleh Kepala Pondok Pesantren Al-fattah, Ustadz Humaidillah, S.Pd.I. Dalam sambutannya ustadz mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu untuk menyukseskan kegiatan ini, terutama kepada LKiS dan HIMAPA.
Usai opening ceremony, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Tekhnik Penulisan Berita dan Artikel yang disampaikan oleh Sholichan Arif, wartawan Surabaya Pagi. Peserta sangat antusias dan serius menyimak materi yang disampaikan oleh wartawan yang juga alumni PP. Al-Fattah ini. Terbukti ketika season tanya jawab dibuka oleh moderator banyak sekali peserta pelatihan yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Namun karena waktunya terbatas, moderator hanya membatasi empat pertanyaan.
Pukul 12.00 BBWI giliran Nisa’ul Kamilah, Editor Jurnal Suluh S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta serta penulis Trilogi Novel “Ning Aisya” melanjutkan pelatihan dengan materi Tehknik Penulisan Fiksi. Dalam sesi ini antusias peserta awalnya agak kurang karena cuaca yang panas dan menurunnya stamina peserta. Namun, berkat keahlian sosok yang punya nama pena Camilla Chisni ini suasana forum menjadi hidup kembali bahkan antusiasme peserta lebih tinggi dibanding materi pertama. Selain menyampikan materi seputar penulisan Fiksi, Milla juga mengajak peserta untuk langsung mempraktikannya. Peserta yang berhasil menulis dengan baik mendapat satu paket Novel “Ning Aisya” dari sang penulis.
Setelah istirahat selama hampir satu jam, tepat pukul 15.00 season Bedah Novel “Ning Aisya” dimulai. Tapi, sebelum Camilla Chisni memaparkan isi novel “Ning Aisya”, moderator mempersilakan peserta untuk unjuk sastra. Ada tujuh peserta yang menampilkan karya sastranya dalam bentuk puisi dan masing-masing mendapatkan kenang-kenangan novel dari HIMAPA dan Mila.
Dalam presentasi Mila bertutur tentang alur cerita novel, isi novel secara garis besar, dan latar belakang penulisan novel. Dilihat dari sudut kesusastraan, Drs. Sulaiman, pembanding yang tulisannya sering muncul di Horison dan salah satu penyusun soal UN 2007 mata pelajaran Bahasa Indonesia ini menyatakan bahwa secara umum Novel “Ning Aisya” sangat bagus sekali. Sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan pesantren dan isinya sarat dengan pesan agama, moral, pendidikan, dan hiburan. Kekutan Novel ini ada pada penggunaan diksi yang hidup dan renyah, kritik yang dikemas manis, dan ketepatan alur yang menyebabkan pembacanya turut merasakan emosi Ning Aisya, si tokoh utama dalam novel tersebut.
Namun, ada dua catatan yang bisa direnungkan sebagai bahan perbaikan selanjutnya, yakni sulitnya membedakan antara cerita masa sekarang dengan kisah masa lalu sebagai hasil pembacaan pada Diary. Seperti yang diungkap Camilla sebagai otokritik atas novelnya, “Mestinya, ini bisa dibedakan dengan ‘kecerdikan layouter’. Penggunaan font yang berbeda atau diberi satu lembar kosong yang diberi satu coretan besar: Aisya dalam Kenangan, misalnya, sehingga lebih mudah dibedakan.” Drs. Sulaiman yang juga MC Jawa ini juga memberikan masukan agar menggunakan lebih banyak bentuk majaz agar lebih hidup, misalnya dengan kontra personifikasi, litotes, hiperbola, dan lain sebagainya.
Bedah novel “Ning Aisya” berlangsung hingga pukul 17 30. Wajah ceria dan senyum manis peserta menggambarkan bahwa mereka senang dan puas mengikuti pelatihan dan bedah novel ini. Di akhir acara, panitia memberikan kenang-kenangan kepada Camilla Chisni berupa photo yang bergambar cover novel “ning Aisya” sekuel 2 tapi wajahnya diganti dengan wajah Mila. Begitu pula LKiS memberikan satu paket Novel “Ning Aisya” kepada Pembanding.
Senja mulai merapat ambang malam, para pemateri akhirnya undur diri dari lokasi dan panitia berharap bahwa kerja sama ini bisa berlanjut di masa mendatang.
Ditulis oleh M. Sya’roni S.Pd.I
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment