Jum'at, 10 Maret 2012
Seusai roadshow di MTsN Kalibeber, tim roadshow Matapena langsung bertandang ke SMPN 1 Mojotengah Wonosobo. Jarak tempuh dari MTsN Kalibeber tidak begitu jauh. Misalnya jalan kaki, bisa ditempuh sekitar 20 menit. Hanya saja, medannya menanjak sekitar 50 derajat. Dengan tim yang berjumlah enam orang, sementara kendaraan yang ada cuma satu (motor), terpaksa harus diangkut bertahap.
Rupanya, di SMPN 1 Mojotengah para peserta sudah menunggu tim roadshow Matapena. Begitu tim masuk area, peserta yang berjumlah 45 siswa hablur ke ruang kelas. Kemudian acara dimulai dengan sedikit pengantar dari Bapak Wakasek. Setelah itu, sepenuhnya acara diserahkan pada tim roadshow. Muhammad Mahrus mengawali dengan cerita seputar komunitas dan sejarah berdirinya. Di sela-sela penyampaian yang tidak formal
itu, sebuah pertanyaan yang terjawab janggal adalah tentang ketidaktahuan peserta pada yang namanya buletin. Entah persoalannya di mana. Pasalnya, sekolah tersebut adalah sekolah Negeri. Seharusnya mereka lebih tau daripada sekolah Swasta atau lembaga-lembaga pendidikan non formal, idealnya. Karena fasilitas yang berlaku dan diberlakukan seharusnya setimbang dengan latar belakangnya. Tapi, barang kalai atas alasan itulah SMPN 1 Mojotengah tersebut butuh bergabung dan berproses dengan komunitas Matapena.
Session berikutnya, Khanif Rosidin melanjutkan dengan motivasi menulis. Antusiasme peserta tak kalah dengan MTsN Kalibeber. yang membedakan, barangkali, hanya format tempat duduk dan jumlah peserta. Jika di Kalibeber peserta lesehan, di Mojotengah
peserta terpaksa tidak bisa dikondisikan dalam berbagai bentuk format (melingkar, dan sebagainya). Tapi, sekali lagi suasana tersebut tetap berhasil dibuat nyaman.
Singkat cerita, acara diakhiri dengan permintaan dari Muhammad Mahrus kepada 5 peserta untuk membaca puisi di hadapan teman-temannya. Oleh karena mereka tidak diberi bahan untuk dibacakan, tiga di antara mereka yang sanggup, bergegas membuat puisi sendiri sembari menunggu gilirannya. Walhasil, puisi yang dibuat memiliki tema yang beragam. Ada yang romantik-romantis, ada pula yang naturalis-sosialita. Atau entah apalah istilahnya. Sederhanya, keberaniannya terbayar dengan doorprice berupa novel-novel Matapena. Sebagian dari mereka, tampaknya ada yang terlampau kecewa karena tidak berkesempatan mendeklamasikan puisi di depan. Semoga mereka besar hati dan tidak surut semangatnya untuk terus berlatih dan berkarya.[mf]
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment