Tiga novel besutan Camilla Chisni ini terbit bersamaan, dengan kredit title September 2007. Bercerita tentang Ning Aisya yang berupaya mendapatkan ingatannya kembali setelah mengalami kecelakaan. Dengan bahasa yang lincah, Mila coba membuka masa kecil Ning Aisya dalam sekuel pertama.
Memang, Aisy kecil hidup dalam lingkungan yang serba berkecukupan lengkap dengan status sosialnya sebagai puteri kiai besar. Tapi, sepertinya ia memang terlahir menjadi sosok yang 'lain' di banding saudara-saudara sekandungnya. Aisy mulai menunjukkan pemberontakannya yang khas anak kecil atas kemapanan yang melingkupinya.
Jiwa pemberontak Aisya semakin mengemuka saat ia memasuki usia remaja. Dalam sekuel dua dan tiga Mila lebih tajam memaparkannya. Pantas kalau kemudian dia banyak berseberangan dengan abah dan kakak-kakaknya yang lain.
Hanya dengan Vidhis, cowok yang phobi dengan kecoa itu, Aisy memiliki kesamaan. Dan, lewat kakak kandungnya itulah ia banyak belajar tentang dunia lain yang akan membuat dia bisa melihat bintang yang lebih indah dibanding jika ia melihatnya dari taman rumahnya. Mereka mirip tidak hanya sifat dan karakter, tapi juga wajah. Satu hal yang banyak membuat orang mengira kalau mereka kembar.
Hanya saja, kehadiran Vidhis ternyata tidak serta merta membuat lebih mudah perjuangan Aisy mendapatkan ingatannya kembali. Belum lagi beberapa kali Aisy harus mengalami trauma melihat kehadiran Elang dan Regi, dua cowok yang begitu lekat dalam ingatan Aisy meskipun tak jelas punya hubungan seperti apa.
Lalu, apakah Aisy bisa pulih seperti sedia kala? Aisy yang hebat dan penuh solidaritas terhadap sesama? Penuh cinta dan simpatik pada tiap mata yang sempat mengenalnya?
Mila membagi novel ini dalam tiga sekuel besar perubahan kehidupan seorang Aisya. Perpaduan antara bahasa yang lugas dan alur apik yang sesekali mengejutkan membuat tulisan Mila seperti sebuah petualangan yang menghampar luas dan kaya.
Memang, Aisy kecil hidup dalam lingkungan yang serba berkecukupan lengkap dengan status sosialnya sebagai puteri kiai besar. Tapi, sepertinya ia memang terlahir menjadi sosok yang 'lain' di banding saudara-saudara sekandungnya. Aisy mulai menunjukkan pemberontakannya yang khas anak kecil atas kemapanan yang melingkupinya.
Jiwa pemberontak Aisya semakin mengemuka saat ia memasuki usia remaja. Dalam sekuel dua dan tiga Mila lebih tajam memaparkannya. Pantas kalau kemudian dia banyak berseberangan dengan abah dan kakak-kakaknya yang lain.
Hanya dengan Vidhis, cowok yang phobi dengan kecoa itu, Aisy memiliki kesamaan. Dan, lewat kakak kandungnya itulah ia banyak belajar tentang dunia lain yang akan membuat dia bisa melihat bintang yang lebih indah dibanding jika ia melihatnya dari taman rumahnya. Mereka mirip tidak hanya sifat dan karakter, tapi juga wajah. Satu hal yang banyak membuat orang mengira kalau mereka kembar.
Hanya saja, kehadiran Vidhis ternyata tidak serta merta membuat lebih mudah perjuangan Aisy mendapatkan ingatannya kembali. Belum lagi beberapa kali Aisy harus mengalami trauma melihat kehadiran Elang dan Regi, dua cowok yang begitu lekat dalam ingatan Aisy meskipun tak jelas punya hubungan seperti apa.
Lalu, apakah Aisy bisa pulih seperti sedia kala? Aisy yang hebat dan penuh solidaritas terhadap sesama? Penuh cinta dan simpatik pada tiap mata yang sempat mengenalnya?
Mila membagi novel ini dalam tiga sekuel besar perubahan kehidupan seorang Aisya. Perpaduan antara bahasa yang lugas dan alur apik yang sesekali mengejutkan membuat tulisan Mila seperti sebuah petualangan yang menghampar luas dan kaya.
1 komentar:
mbak(ato tante ato malah bu niy manggilnya?? jd bingung?) isma, mau messages tapi kalo di shoutbox karekternya terbatas jd ya di komen aja... maaf ya ninggalin komen tp keluar dari topik. hehehe...
nah, gini..kalo mbak jd pesen template langsung kirim aja ke email saya. tinggal mbak bilang kaya apa, warna mayoritas nya trus gambarnya mau kaya gimana... hehehe, tp saya ga janji lho kalo tar jadibya bagus...
maklum br belajar...
Post a Comment