Saturday, March 15, 2008

Dari Menyesal, Cilok, Sampai Kearifan
By: Khilma Anis

Saturday, March 15, 2008
Inilah untuk pertama kalinya saya merasa menyesal menulis novel. Sialnya perasaan itu datang di kota kelahiran saya sendiri..hiks.. hiks…

PERJALANAN YANG MEMBUAT SAYA LUNGKRAH
Saya yang kecapekan Road Show di Demak dan semarang bareng Mbak Ismah, menderita demam tinggi malam itu. Di tengah gigil saya, masuk sms Asnawan, presiden mahasiswa STAIN Jember. “Neng Khilma, tanggal 8 besok Stain Jember mau bedah buku ‘Jadilah Purnamaku Ning’ karya njenengan. Bisa kan?” Saya yang sudah lama ngempet pengen pulang karena kangen sama adik saya, Haidar yang sedang lucu-lucunya, langsung menjawab Iya. Tanpa menayakan itu event apa. Bagaimana mekanisme acaranya. Apalagi siapa pesertanya. Inilah kecerobohan yang nantinya membuat saya menyesal.

Jogja–Jember sungguh perjalanan yang melelahkan. Tapi lelah saya langsung hilang karena dini hari itu yang njemput saya di terminal adalah abah saya sendiri. Kala itu beliau gagal sembunyikan rasa bangga pada keberhasilan yang telah diraih puteri pertamanya (makasih Matapena…). Dan, inilah hasil perjalananku 8-10 Maret 2008

WAWANCARA DENGAN RADAR JEMBER
Siangnya, abah mengantar saya ketemu dengan Pak Kun, wartawan Radar Jember yang ternyata telah membuat janji dengan abah saya untuk mewawancarai saya terkait dengan lahirnya novel (di kota saya, memang belum pernah ada penulis muda, apalagi perempuan).

Di dalam mobil abah saya bilang, beliau juga telah dihubungi redaktur Prosalina (radio terbesar kota setempat) untuk forum jumpa penulis pada malam minggunya. Saya sangat berbinar-binar membayangkan on air, terlebih setelah saya mendengar sendiri nama saya disebut-sebut dalam iklan acara radio.

Ternyata abah saya membawa saya ke Cuklu Art Galery. Ketika Pak Kun datang, saya merengek–rengek pada abah saya agar melihat lukisan seharga empat ratus juta. Supaya abah tidak di samping saya ketika saya terlalu bersemangat menjawab pertanyaan-pertanyaan Pak Kun. Pemilik galeri langsung sigap mendampingi abah saya melihat-lihat. Saya jadi tak malu ketika bilang, “Pak Kun, fotonya yang cakep ya…,” Pak Kun ngakak. Saya takut kalau ribuan eksemplar koran itu mencetak foto saya yang tak cantik (inilah kenapa Mbak Ismah sering bilang pada saya kalau saya ‘banci’ kamera. Saya memang hobi foto, hehe).

NGISI DI PELATIHAN IPNU
Kali ini ibu saya memaksa saya ngisi di IPNU cabang Jember yang sedang adakan Diklatama CPB, semacam pelatihan untuk calon Banser. Saya langsung mengelak. Di samping saya lelah, saya berpikir kalau itu forum pelatihan yang tak ada kaitannya dengan tulis-menulis. Lokasinya saja di gunung. Ibu saya memaksa tapi saya tetap enggan. Saya baru luluh ketika ketua IPPNU, Mbak Nita nelpon, tentu saja setelah dibisiki ibu saya, “Tolong Mbak Khilma ya…kebetulan nanti ada forum peluang bagi pemuda NU, menjadi penulis itu kan juga sebuah peluang….” Saya tak bisa berkata tidak.

Teman-teman IPNU Jember yang jumlahnya hampir 150 itu ternyata antusias. Berkali-kali saya tegaskan pada mereka bahwa Matapena memberi wadah pada para pemula untuk mewujudkan cita-citanya. Saya katakan, saya prihatin dengan minimnya penulis dari kader NU. Kalau semua hanya berjibaku pada tradisionalisme, NU pasti ditinggalkan sejarah.

KOK FOTONYA JELEK BEGINI...
Pagi-pagi adik saya heboh melihat foto saya di halaman depan Radar Jember. Ia baca keras keras judulnya, Khilma Anis, Angkat Poligami Kyai, yang langsung direspon dengan kernyitan dahi abah saya yang sedang browsing internet (novel saya kan memang bukan tentang poligami). Saya langsung jelaskan pada abah saya bahwa mungkin menurut Pak Kun itu judul paling menarik untuk masyarakat Jember yang mayoritas pesantren. Ibu saya sambil memakai mukena untuk shalat dhuha melirik koran itu dan berkata, “Kok fotonya jelek begini.” Saya cuma mesem, kecut, tapi tak berhasil kecewa. Sungguh menyenangkan dibaca banyak orang, kalau biasanya hanya karya saya, ini tentang diri saya. Alhamdulillah.

TRAGEDI DI STAIN JEMBER
Saya menolak diantar abah saya meski panitia berkali-kali minta abah saya datang pada acara itu. Ternyata itu keputusan yang salah. Seharusnya abah saya ada di sana ketika saya di habisi. Dibantai. Di kuliti. Hehe.

Sampai di STAIN Jember, saya kaget karena ternyata bedah buku saya menjadi agenda teratas Pekan Ilmiah yang sedang berlangsung. Sang presiden, Asnawan, ditemeni Pak Dawud redaktur Prosalina langsung menggiring saya ke aula utama yang sudah sesak oleh peserta.

Di forum ternyata saya ditemani Narasumber dan Pembanding. Bu Raudlatul Jannah, Dosen Komunikasi penyiaran yang mantan wartawan harian Nusa, Bali. Pak Abdurrahman, seorang profesor yang juga guru besar bahasa di STAIN. Saya sedikit merinding, bukan karena tak siap, tapi tak habis pikir bahwa novel saya yang pop begitu dibahas oleh orang-orang akademisi. Momennya pekan ilmiah lagi!

Dan benar, setelah sedikit pujian, ada 18 kritik menggigit yang dikatakan Ibu Jannah dan ditampilkan lewat proyektor dengan sangat detil. Lengkap dengan halamannya. Salah satunya bahwa karakter Yasfa pada novel saya terlalu perempuan, hingga kalimat pada subuh yang putih dan anggukan yang cantik yang bagi Bu Jannah rancu. Tuduhan Bu Jannah bahwa saya menganggap pembaca bodoh dengan banyaknya kesamaan diksi, bahwa penggambaran saya kurang perfect padahal saya ini jurnalis kampus. Juga semua kritik yang lain. Ironisnya semua masuk akal.

Saya tak hanya percaya bahwa Bu Jannah membaca novel saya hingga 8 kali, tapi juga sangat yakin! Pak Abdurrahman yang mirip Pramudya Ananta Tour mengkritik novel saya dan perpijak pada karya sastra angkatan 60-an. Beliau menyayangkan ending novel saya yang terlalu tiba-tiba. Menyarankan untuk mengakhiri saja pada doa Nawang. Forum sedikit kacau. Tiba-tiba seorang peserta menegaskan bahwa yang ia butuhkan adalah proses kreatif saya. Bukan kritik atas novel yang belum mereka baca. Bu Jannah meminta klarifikasi saya atas kritik-kritiknya.

Saya seperti diserang sesak napas. Saya pikir saya akan dapat prestise dan pujian seperti di tempat lain, tapi ternyata saya dapat kritik pedas yang belum pernah sekalipun saya terima sebelumnya. Apalagi disampaikan oleh orang yang memang berkompeten pada bidangnya. Saya tahu mereka berdua bermaksud baik untuk laju karier penulisan saya, tapi karena ini yang pertama saya merasa sangat malu dan menyesal terlalu cepat menganggap karya saya maksimal. Padahal kritikus sastra menilainya bukan hanya halaman per halaman, tapi juga kata per kata.

Saya gagal menangis ketika di tengah klarifikasi atas krirtik itu orang terdekat saya mengirimkan sms, “Itu biasa. Nabi Muhammad saja juga dihabisi di daerahnya sendiri. Tetap semangat yaa..”

Ternyata menjadi penulis bukan saja harus lihai berbicara, tapi juga harus punya mental baja. Dan tahan terhadap segala macam rasa sakit.

ON AIR di PROSALINA
“Mbak Khilma kan dari pesantren, menulisnya kan juga tentang Pesantren. Saya minta dalil Qur’an atau hadits yang menyebutkan bahwa menulis novel itu adalah sebuah anjuran.” Saya langsung tergagap. Jika bukan on-air, saya tentu dapat jawaban yang pasti dari abah saya. Dengan pertimbangan singkat yang matang, saya jelaskan bahwa tugas karya sastra bukanlah berdakwah seperti khotbah Jum’at. Tapi menggetarkan jiwa. Saya sebut dalil, “Sanuqri’uka fala tansa illa masya Allah,” sekadar bertanggung jawab bahwa saya ini sepuluh tahun di pesantren (sepertinya Matapena memang harus adakan kursus dalil-dalil terkait dengan penulisan).

Presenter dan pemandu acara saya, Mbak Rini dan Mas dawud, dengan gaya yang ringan namun profesional membuat saya rileks. On air dan tanya jawab berlangsung dua jam tanpa terasa. Selain pertanyaan tadi, semua terjawab dengan enteng..

Di PMII CABANG JEMBER; kata mereka, seperti Mama Mia
Ternyata keluar dari ruang siaran, saya belum bisa istirahat, di samping abah saya, pengurus PMII cabang Jember meminta saya mampir ke kantor cabang. Diskusi di sana berjalan lancar dan dialektis. Saya sendiri tak menyangka peserta sebanyak itu. Banyak di antara mereka yang sungguh ingin jadi penulis. Saya sangat mendukung itu dengan meyakinkan bahwa Matapena pasti membantu siapa pun yang punya kemauan. Biar PMII tak hanya kritis anarkhis. Tapi juga kritis analitis.

Yang membuat saya diintrik seperti mama mia adalah karena saya diantar abah ibu saya, waktu itu sudah jam 12 malem. Jadi Wajar doong.

DI PESANTREN DAN MTS AL-AMIN

Ternyata perjuangan saya belum berahir. Paginya saya harus ngisi di Pesantren Al-Amien Ambulu tempat saya selama tiga tahun menimba ilmu ketika masih MTs. Tak ada yang aneh di sana, sama seperti Road Show di BlokAgung Banyuwangi, di Tambakberas dan di Demak; rasa heran, kekaguman, tanda tangan, dsb. Jika ada yang spesial adalah bahwa guru-guru membelikan saya cilok. Makanan kesukaan saya ketika saya masih santri baru gede dulu. Ini membuat saya tersenyum hingga relung hati.

Seharusnya saya tak menyesal. Toh Jadilah Purnamaku, Ning, dan Matapena sudah membawa saya ke mana-mana. Saya hanya harus menjadi penulis yang tak malas mempelajari semua hal. Karena menjadi penulis adalah titah dari Tuhan.

Kota saya membuat saya sadar, saya harus memberikan pemikiran, gagasan, harapan dan perasaan saya yang terbaik bagi pembaca yang jarang saya temui. Dan buat Bu Jannah, semuanya adalah proses pembelajaran yang berharga. Klarifikasi atas kritik-kritiknya akan ada di novel saya yang kedua. Matur Nuwun.

4 komentar:

Jibril FM said...

bgus aja...

yg penting terus dan terus, tp masih mau jadiin hayalanmu jd pengalaman dan kemudian kau jadikan novel...?

gpp ding... daripada berhayal dan berbuat doang, ga pernah jd tulisan,...
23 sept 2008. 01:50 WIB

Anonymous said...

5xIbe ghd hair straighteners
bTep ugg boots uk
hMpm michael kors bags
6kNjp GHD
5pKyq burberry on sale
1gPlf bottes ugg
7xFdg ghd nz sale
9eVoi louis vuitton handbags
0qUly Michael Kors
4sHmk coach outlet
3mCjr cheap uggs
9hKwy nfl jerseys
1gRto michael kors outlet
7kXjh lisseur ghd pas cher
7gWyg cheap uggs

Anonymous said...

cQph cheap ghd
mVov cheap uggs
fXsb michael kors outlet
6zRwo GHD Australia
8lRsd burberry outlet
2mYti bottes ugg pas cher
4zFtm ghd nz sale
1vGtj cheap louis vuitton
6oBfh michael kors handbags
7fBoq coach factory
8iYtu ugg boots
0uPgx wholesale nfl jerseys
7wJxw michael kors sale
0oNwl ghd lisseur
9nLkg discount ugg boots

Anonymous said...

3hRle ghd hair
jFqz ugg sale
eXmh michael kors outlet
6tCpn GHD Hair Straightener
4wWou burberry outlet online
8kUkz chaussures ugg
7uCpv ghd nz
4nHia discount louis vuitton
0qOth michael kors handbags
6dMtk coach outlet
2tOnl ugg boots cheap
4uGgn discount nfl jerseys
4pYxd michael kors outlet
9aQgr Lisseur GHD
8jUbv discount uggs