Thursday, May 10, 2007

World Book Day 2007
26-29 April 2007
Gedung A Depdiknas Jakarta

Thursday, May 10, 2007

Rabu, 25 April 2007
Persiapan


Berangkat sore hari, pakai travel. Dengan pikiran kosong dari gambaran dan bayangan, akan seperti apa acara WBD besok. Karena belum ada satu pun dari kita yang pernah mengikuti Community Fair. Dan, ini menjadi pengalaman pertama yang mudah-mudahan bisa memberikan banyak pelajaran dan manfaat.
Sampai Jakarta, rencananya mau langsung istirahat di penginapan, tapi belum ada kamar kosong, secara jam cek out adalah pukul 13.00 WIB. Padahal waktu itu baru jam enam pagi. Kita pun kemudian meluncur ke Lakpesdam, tampat Sahal bekerja. Selain bisa buka mail untuk ngeprint beberapa berkas, kita juga dapat gratisan makan pagi dan siang.
Siang hari, setelah cek in, kita langsung ke lokasi WBD untuk menata stand. Dibantu sama Slamet dari perwakilan Jakarta. Beberapa perlengkapan yang belum ada, misalnya tali dan kertas manila, kita cari di Carrefour yang lokasinya cuma di sebelah gedung Diknas. Tikar yang sejak beberapa hari lalu sudah kita pesan, ternyata belum tersedia. Akhirnya sebagai alternatif, kita pakai selimut sebagai alas duduk lesehan. Acara beres-beres berlangsung sampai pukul setengah sepuluh. Dengan membawa beberapa PR bikin ilustrasi untuk hiasan dinding tripleks, dipasang esok harinya.


Kamis, 26 April 2007
Hari Pertama


Setelah makan pagi, kita menuju ke lokasi WBD. Banyak stand sudah terlihat rapi dan cantik. Rencana pertama adalah meneruskan dekorasi, sambil mengikuti pembukaan WBD di Panggung Utama yang terletak di depan stand Matapena. Acara dibuka oleh Prof Dr. Bambang Sudibyo. Dihadiri juga oleh Tantowi Yahya.


Acara diskusi atau workshop diadakan di dua panggung, Panggung Utama WBD dan Pangung Anak dan Remaja WBD. Lokasi Panggung Utama WBD lebih strategis karena di tengah jajaran stand komunitas. Sedangkan Panggung Anak dan Remaja, terletak di ujung pojok gedung A Diknas.
Semula acara Storytelling Matapena akan digelar di Panggung Anak dan Remaja. Panggung yang menurut kita kurang strategis. Apalagi pada jam yang sama Panggung Utama juga tidak dipakai. Mungkin karena pertimbangan itu, panitia kemudian memindahkan acara Storytelling Matapena ke Panggung Utama. Zaki dan Ruslan bertindak sebagai pemateri sekaligus storyteller, ditambah Adinda, adiknya Ruslan, sementara Hilma sebagai host. Saya sebagai penjaga stand, mengingat dua stand yang lain di hari pertama sudah kehilangan laptop masing-masing. Ambil dokumentasi juga terpaksa saya titipkan ke panitia.
Memang pesertanya tidak banyak, mengingat cuaca di luar hujan. Undangan yang sudah kita hubungi juga beralasan demikian. Tapi, pada sesi dialog lumayan juga yang berpartisipasi. Setiap penanya atau komentator mendapat kenang-kenangan buku dan pin. Berjumlah lima orang.
Kegiatan selama sehari, selain manggung storytelling, kita melayani beberapa pertanyaan pengunjung yang bertandang ke stand. Rata-rata ketertarikan mereka bermula dari foto yang kita pajang, kemudian berlanjut ke pertanyaan seputar teknis pengadaan workshop. Belum lagi kalau yang mereka inginkan adalah peserta dari anak-anak usia SD, secara mereka adalah guru sekolah dasar. Di luar kegiatan kita selama ini kan? Tapi, kita tetap optimis, memberikan jawaban, itu bisa direncanakan dan akan kita agendakan.
Tutup acara, pukul 09.00. Kali ini, kita mencoba berkenalan dengan busway. Kalau ingin menemukan suasana lelahnya ibukota dari wajah-wajah para penghuninya, naik saja angkutan ini. Sebuah potret yang membuat para pendatang seperti kita jadi ingin cepat kembali ke kampung halaman.

Jum’at, 27 April 2007
Hari Kedua


Acara hari kedua tetap sama. Menerima kunjungan dan menjawab pertanyaan pengunjung. Sambil bergantian kita berkeliling mengunjungi stand komunitas yang lain. Rata-rata cuma dihuni oleh panjaga stand. Paling ramai stand Komunitas Historia, stand yang berlokasi tepat di depan stand Matapena. Mereka adalah orang-orang yang suka berkeliling mengunjungi kota dan peninggalan sejarah di Jakarta. Mereka juga punya milis yang beranggotakan ribuan orang. “Ternyata belajar sejarah itu mengasyikkkan,” jelas Asep, si penggagas ide. Tentu saja karena dikemas dalam bentuk jalan-jalan, untuk masyarakat Jakarta bisa jadi alternatif mengisi hari libur.
Dari ke-43 stand yang ikut dalam WBD, datang dari Jakarta, Bogor, dan Bandung. Sementara sisanya dari Jogja dan Jawa Tengah: Matapena, Perpus keliling Satu Nama, Rumah Pelangi-Magelang. Rata-rata mereka juga menjual asesoris, misal Pin, pulpen, gantungan kunci, juga kaos. Padahal dalam WBD ada peraturan stand komunitas tidak boleh melakukan jual-beli. Malah ada stand Komunitas Kalam Bogor, yang semula sepi, tapi setelah menerima order bikin pin, stand pun jadi ramai dikunjungi. Tapi, buntutnya kita tahu, kalau itu menjadi alternatif kas masuk untuk membiayai kegiatan mereka. Salut ya!
Kita juga mengikuti acara yang berlangsung di Panggung Utama, cukup dengan duduk lesehan di stand sambil mendengarkan jalannya diskusi. Rata-rata pesertanya memang tidak banyak. Karena kebanyakan yang datang paling jalan-jalan mengelilingi pameran stand, setalah dari pameran buku, lalu pulang.
Stand Matapena yang rencananya mau memutar film, terpaksa dibatalkan, karena ada sepasang kabel colokan yang tidak terbawa. Alhasil, seperangkat tv dan salon cuma jadi hiasan, tiap malam diangkut dititipkan ke panitia, lalu diambil lagi esok paginya. Katanya kabel colokannya mau diambilkan, tapi tak kunjung datang juga. Jadi, kita memutar film pakai laptop, dengan tanpa suara.
Malam kedua acara cuma sampai pukul 08.00. Tadinya mau jalan-jalan. Tapi, mengingat kita mau bikin profil Matapena untuk difotokopi, kita pun balik lagi ke penginapan.


Sabtu, 28 April 2007
Hari Ketiga


Acara pertama meneruskan pembuatan profil Matapena, yang sering kali ditanyakan sama pengunjung. Selengkap-lengkapnya. Karena ternyata mereka lebih suka membawa kopian profil Matapena daripada mencatat alamat dan nomor telpon pada banner. Ya pastinya.
Hari ketiga, rencananya kita menawarkan pada pengunjung untuk uji coba menulis cerita singkat. Tapi, maaf. Tidak berjalan dengan baik. Meskipun pengumumannya sudah disebarkan lewat undangan via Insan Purnama, brosur, dan pengumuman di kertas manila. Mungkin karena merepotkan, daripada refreshing dan jalan-jalan, melihat-lihat, yang terkesan lebih rileks. Sementara undangan yang kemarin kita kirimkan ke SMA via Insan Purnama, terbukti belum ada yang memenuhi. Yang terlihat nongol cuma anak-anak PMII, dan pengurus IPNU juga cuma mengantar majalah edisi profil Fina Af’idatussofa karena ada rapat. Sempat juga jalan-jalan mengunjungi Panggung Anak dan Remaja, yang waktu itu ada Bengkel Kepenulisan dari FLP. Ternyata sama juga. Pesertanya cuma 10-an orang. Tidak lebih.
Meskipun demikian, profil Matapena yang ditaruh untuk diambil cuma-cuma, habis tak tersisa. Ada yang bertanya, “Ini di La Tansa ya?” sambil menunjuk foto kegiatan Matapena. Ada juga seorang ibu guru yang tertarik bertanya, “Kalau untuk anak SD bisa ngadain workshop gak?” Soal pertanyaan yang kedua ini, hampir setiap hari ada yang menanyakan. Sampai kita kepikiran untuk bikin program workshop untuk ditawarkan ke sekolah-sekolah SD. Hehehe.
Malam harinya sebelum ditutup, ada acara Ajang Kumpul Komunitas. Dengan menampilkan kreasi dan hiburan untuk semua. Matapena menampilkan Adinda, adiknya Ruslan, sama Zaki untuk baca puisi dan cerpen. Ada yang menampilkan operet dangdutan Roma Irama, tari salsa, lagu balada, dll. Tapi, kita tidak mengikuti acara sampai selesai, sudah larut malam.

Minggu, 29 April 2007
Hari Penutupan

Hari penutupan, di Panggung Utama masih berlangsung 2 sesi diskusi. Tentang prediksi terbitan Harry Potter dan prospek perjalanan komunitas ke depan. Beberapa acara pementasan yang direncanakan di Panggung Utama, sepertinya tidak jadi ditayangkan. Dilanjut dengan pengumuman lomba tabak buku, berburu buku, dan penutupan acara World Book Day 2007 oleh Kepala Dinas Perpustakaan Nasional Jakarta.
Dalam acara penutupan ini, dibuka dialog, untuk menyampaikan kritik dan saran. Asep dari Komunitas Historia, memandang positif kegiatan WBD. Hanya saja, publikasinya memang kurang bagus di samping terlalu mendadak. Kritikan ini juga diakui oleh Bapak Kepala Dinas yang baru mendapatkan undangan seminggu sebelum acara. “Jangankan Jakarta, orang satu gedung Depdiknas saja tidak semuanya tahu soal kegiatan ini kok.”
Pak Kadin juga sempat mempublikasikan kegiatan Community Fair serupa yang katanya akan dilaksanakan di TMII bulan Juni depan. Kok mendadak lagi? Bocoran sejenis ini juga didapat Zaki, yang katanya WBD tahun depan akan diadakan di Jogja. Sepertinya kita harus menunggu kebenaran 2 bocoran itu. Harapannya sih bocoran yang kedua yang benar terbukti. Jadi, selain Matapena sudah berpengalaman soal gambaran bagaimana pameran komunitas itu, juga lokasinya tidak perlu jauh-jauh naik travel. Amiin.
Pukul 17.15 kita resmi cabut, dengan travel yang sudah menunggu di depan gedung depdiknas. Mungkin bagi beberapa komunitas, ini pemandangan yang cukup mengherankan. Apalagi pas mereka tahu kita menginap di hotel. Secara hampir semua komunitas adalah swadaya dan minim fasilitas. Mereka menginap di stand. Yah, seperti kegiatan-kegiatan kampus dan gerakan mahasiswa gitulah. Salut ya!

0 komentar: