Thursday, February 01, 2007

Bedah Buku Gus Yahya Bukan Cinta Biasa

Thursday, February 01, 2007


Kamis tanggal 1 Februari 2007 acara bedah buku di pesantren Annawawi dimulai. Menurut manual acara seharusnya dimulai pada jam 13.00, namun karena harus menunggu siswa program MAK keluar dari kelas, mau tidak mau acara pun diundur sampai jam 14.00. Sementara Maiya dan Fina yang berangkat dari Salatiga jam sembilan sudah dari jam 11.30 sampai di Annawi.

Yang menarik adalah ketika acara belum dimulai banyak dari beberapa peserta yang nyelonong masuk ke ruang tamu sekadar untuk meminta tanda tangan dari sang novelis muda. Dan karena yang datang dari Qoryah Toyyibah ada tujuh orang lima cewek dan tiga cowok, mereka banyak yang kecele salah minta tanda tangan.
Acara pun dimulai, diawali dengan sambutan-sambutan. Pertama dari ketua panitia, kedua dari kepala sekolah, ketiga dari ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Annawawi atau STAIAN. Hingga pada jam 14.30 tiba waktunya bedah buku Gus Yahya Bukan Cinta Biasa.
Sebelum Fina dan Maiya mendapat giliran ngomong, awalnya dijelaskan tetek bengek tentang Matapena oleh Shachree. Setelah itu, mulailah Fina memaparkan sekitar novelnya dan sekitar proses kepenulisannya, dilanjutkan oleh Maiya yang juga memaparkan novelnya yang berjudul Tarian Cinta.
Seperti sudah menjadi warna di setiap bedah novel Matapena, apalagi yang bertemakan cinta, pasti ada dialog seru seputar cinta dalam perspektif para peserta yang kesemuanya adalah santri yang baru gede.

“Kalau Anda menyebutkan Gus Yahya bukan cinta biasa, lalu yang biasa dan luar biasa seperti apa?” seorang penanya begitu antusias.
“Ya, yang luar biasa itu ketika kita menyandarkan cita pada Allah. Nah, yang biasa itu ketika kita mencintai sesamamu saja,” demikian jawab Fina dengan senyumnya yang khas dan selalu menghiasi jalannya bedah novel.
Sementara Maiya yang juga dari Qoryah Toyyibah lebih memberikan stimulus dan motivasi kepada para santri agar juga menulis. “Jadi menulis novel itu sama sekali tidak mengganggu belajar, bahkan,” kata cewek yang pernah nyantri di salah satu pesantren di Yogyakarta ini, “menulis novel juga belajar yang sangat mengasyikkan…”
Acara yang mendapatkan sambutan luar biasa, baik dari panitia maupun peserta itu diakhiri pukul 16.00. Diikuti oleh sekitar seratus lima puluhan peserta, dari santri Annawawi sendiri dan beberapa pesantren dan SMU di seluruh Purworejo.

2 komentar:

Anonim said...

Kira - kira masih ada gak ya novel ini
Pengen beli bekas juga gak apaapa

Sunijowo said...

Punya