Tuesday, August 16, 2005

Tentang Cinta yang Dramatis

Tuesday, August 16, 2005
Judul: Dilarang Jatuh Cinta Penulis: S.tiny Tebal: xii + 130 hlm. Cetakan I: Agustus 2005
Seperti apa sih cinta yang dramatis itu? Mencintai orang yang tidak mencintai kita? Diduakan, dikhianati, atau diputus cinta oleh orang yang kita cintai? Atau, memendam perasaan mendalam pada orang yang tak tahu-menahu perasaan kita? Terus orang itu malah memilih temen kita sendiri untuk jadi kekasihnya?
Apa pun itu, kisahnya bisa bermacam-macam. Termasuk kisah Zulaikha yang dituliskan oleh S.tiny, penulis asal Gunung Kidul ini. Pada bagian awal novel, Tiny menggambarkan sosok Zulaikha sebagai cewek yang tak pernah mendapatkan “cinta”--–dalam arti kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri, menentukan keinginannya, juga menemukan makna terdalam cinta dari orang tuanya, Raden Mas Gus Zulkifli, yang selain seorang pengusaha besar juga seorang kiai pemilik sebuah pesantren. Pantesan kalau Zulaikha sampai dibikin seperti kena asma. Ngiiik…ngiiik…ngiiik. Hasilnya, Zulaikha nyaris tak pernah belajar cinta, bahkan ia tak percaya cinta. Hingga, ia bertemu Zulkarnain.
Dan, Zulaikha pun mulai berkenalan dengan cinta. Meski ia harus tersiksa dengan berbagai aksi gerilya. Mulai dari serunya panjat-lompat pagar (kebayang kan?), panasnya dunia gangster, dan usaha menutup rapat-rapat telinganya dari amukan sang ayah. Tapi tragisnya, ia harus kecewa karena pengkhianatan Zulkarnain. Ia kecewa karena cinta yang diimpikannya ternyata justru membuatnya tak lagi punya cinta.
Hanya Amar yang kemudian bisa membuat semangatnya untuk belajar cinta tumbuh kembali. Amar yang dikenalnya hanya lewat tulisan surat, pengantar dokumen Zulaikha yang ditemukannya. Meskipun tak pernah bertemu muka, ia yakin inilah cinta yang sebenarnya. Karena cinta bukan hanya kesenangan jalan bersama, bukan hanya kebanggaan popularitas. Juga tidak memandang fisik, materi, apalagi demi gengsi.
Tapi, lagi-lagi Zulaikha harus kecewa. Setelah perjuangan yang panjang berhadapan dengan ayah yang terlalu rapuh membalas kekalahan masa lalunya dan sejarah heroik seorang anak manusia yang bergerilya memperjuangkan kemerdekaannya. Zulaikha harus menyerah pada kenyataan bahwa Amar yang bernama asli Sulaiman itu cukuplah hanya bias menjadi saudara seayahnya. Meskipun Sulaiman pernah bilang, “Sayang, jangan katakan pada siapa pun. Sebenarnya aku selalu berdoa, semoga kita ini tidak benar-benar saudara ….” ;)


3 komentar:

Anonymous said...

aku sudah baca buku yang ini
dramatis memang. bagus juga tuh kalo dibikin sinetron...:P
tifani

Anonymous said...

matapena,
mana karyamu yang laen?

Beby Aulia Rosa said...

Wadduhh :D kalo baca sinopsis novelnya banyak tentang cinta yaah :D jadi pengen gebrakan baru.. tentang Pendidikan dan Politik ^_^ hihihi..