Saturday, November 12, 2011

Remaja di Hawaii Belajar tentang Indonesia

Saturday, November 12, 2011
Cerita tentang Fall Conference 2011 di Hawaii
Oleh Isma Kazee

Sepulang dari Canada, aku langsung asyik dengan persiapan Fall Conference untuk remaja tentang Indonesian culture, yang pelaksanaannya atas inisiatif Pacific Asian Affairs Council (PAAC). Tepatnya Sabtu, 22 Oktober 2011, sehari penuh. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin PAAC setiap tahunnya, dan kenapa Indonesian culture diangkat sebagai tema, sepertinya karena dua sebab. Pertama, kebetulan karena momen APEC di Hawaii, di mana Indonesia sebagai salah satu anggotanya, dan kedua, karena hasil penelitian Ann Dunham, ibunya Obama, tentang Indonesia tengah digelar di East West Center, dan ini menjadi salah satu tempat yang dikunjungi para peserta.

Keseluruhan program terbagi menjadi dua kegiatan, pertama adalah cultural booth. Ini menjadi tanggung jawab panitia dari Indonesian student. Dimulai pukul 09.00 sampai 11.30 AM. Pesertanya lumayan banyak, ada 200 remaja. Mereka dibagi ke dalam beberapa grup, bergerak secara bergiliran dan berantai ke beberapa pemberhentian. Pemberhentian pertama adalah ballroom, untuk mendengar penjelasan tentang bagaimana sih Indonesia itu, lalu menuju ke pemberhentian kedua yaitu music gamelan di art bulding. Berlanjut ke East West Center gallery untuk melihat pameran kerajinan Indonesia, dan pemberhentian terakhir adalah cultural booth yang ditungguin sama mahasiswa Indonesia. Setiap grup, mereka dibagi ke dalam tiga kegiatan: bermain, memakai baju daerah, dan menari. Setelah grup pertama ini selesai, grus kedua datang menggantikan giliran, begitu seterusnya. Per grup mendapat jatah 15 menit doang. Singkat banget.

banyak peserta, kami kuwalahan hehe
menjelaskan tentang peta Indonesia

Sayangnya, mahasiswa Indonesia yang terlibat tak begitu banyak, kurang dari 10 orang kalau tak salah. Biasa, dengan alasan sibuk mengerjakan tugas atau alasan lain. Padahal, menurutku ini momen bagus untuk promote Indonesian culture, sasarannya remaja lagi. Mungkin karena pekerjaanku di rumah berhubungan juga dengan remaja, aku jadi tertarik dan suka sekali. Para ABG Hawaii itu juga tampak sangat menikmati. Bermain lompat tali dengan tali karet yang dianyam. Lucunya, ada seorang guru yang tampak antusias ingin belajar bagaimana menganyam karet untuk lompat tali. Roma yang kebagian tugas menjaga stand ini, tampak lihai melompati tali dan menantang teman-teman untuk melompat setinggi-tingginya. Dan berhasil, hehe. Anak-anak itu jadi tertantang untuk ikut juga jumpalitan.

lompat tali
lari-lari tali hehe

Di bagian baju daerah, kami menyediakan seragam tari saman, kebaya, baju bodo, baju Bima, baju palembang dan baju Jawa. Tak banyak koleksinya, itu pun memakai baju koleksi pribadi. Tapi, tetap seru! "Do you wanna try this?" kami menawarkan. Dengan berbinar mereka menjawab, "Sure." Mulailah kami sibuk melayani hehe. Pasang ini dan itu, lalu dipotret. Mereka kelihatan cantik dan elegan. Komentarnya macam-macam, tapi rata-rata mereka mengatakan, "wow, it's hot." Hehe, maklum. Biasanya pakai tengtop, trus pakai kebaya dan jarik, jelas berbeda rasanya. Mereka juga bertanya, kapan kostum ini dipakai, untuk harian atau pada event tertentu. Atau bertanya, bagaimana cara membuatnya, terbuat dari apa dan lain sebagainya.

stand baju daerah
panembahan senopati bule hehe
nona-nona bermata sipit pakai baju daerah
calon miss universe nih anak, tinggi, cantik hehe

Booth yang ketiga adalah belajar menari poco-poco. Arum yang menjadi pengajarnya. Tadinya sempat bermasalah dengan sound system. Aku sampai naik ke kamar untuk ambil laptop gedeku supaya suara musiknya bisa lebih kenceng. Tapi, syukur bantuan alat-alat sound system segera datang. Seru dan ramai. Meskipun gerakannya sederhana, poco-poco lumayan menantang juga. Karena gerakannya ngebit juga musti ingat apakah bergerak ke kanan atau ke kiri. Aku suka sekali poco-poco, dan karena Arum sendirian, aku kadang bolak-balik, dari booth baju daerah ke booth tarian. Untuk info tentang poco-poco, kami sediakan pamflet yang bisa mereka baca.

menari poco-poco
penari Gandrung

Lalu, bagian kedua dari Fall Conference ini dimulai pukul 13.00 sampai 16.00 berupa Quiz contest tentang APEC dan di sela-sela menunggu pengumuman pemenang, kami menari Gandrung, tarian khas Lombok. Debut pertama grup Cinta Indonesia dengan tari Gandrung. Selesai acara, capekku luar biasa. Tapi senang dan puas, selain karena bisa memperkenalkan budaya Indonesia juga belajar tentang kemasan kegiatan menarik untuk remaja :))

1 komentar

Sunday, October 30, 2011

Coz Loving U, Gus

Sunday, October 30, 2011
Cinta tidak memberikan apa-apa kecuali hanya dirinya. Cinta pun tidak mengambil apa-apa kecuali dari dirinya. Cinta tidak memiliki ataupun dimiliki. Karena cinta telah cukup untuk dicinta. (Kahlil Gibran) Rara hafal sekali puisi itu. Malah diluar kepala. Nggak Cuma edisi Indonesianya, Inggrisnya juga iya. Habis yang pertama memperkenalkan puisi itu kan gusnya, Gus Azka. Putera Romo Yai yang bisa bikin ia gemetar, kaku kemerah-merahan bingung, dan grogi banget, hanya dengan mendengar nama dan suaranya. Pantesan kalau Rara kemudian jadi berubah total. Dari aktivis kampus yang cuek bebek sama pondok, suka molor pagi, emoh ngaji, suka sembunyi-sembunyi melanggar peraturan, eh…jadi Rara yang santri abis! Siap-siap jadi Ibu Nyai gitu. Jadi Bidadarinya, Azka. Judul : Coz Loving U Gus Penulis : Pijer Sri Laswiji Tebal : viii + 194 halaman Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-63-5 Terbit : Cet I, April 2006

2 komentar

Monday, September 12, 2011

Santri Tomboy

Monday, September 12, 2011
Aku Amalia Zarqo Zaituna. Panggilanku Zarqo. Sebenarnya bagus juga kan namaku. Tapi tau tuh, kata teman-teman pondokku, nama yang manis itu nggak cocok buat aku. Soalnya, masih kata mereka, aku tomboy, galak, dan bertingkah kayak laki-laki. Padahal, aku cantik lho. Dibanding… em... Mas Yunus. Hehehe... tau kan? Aku nggak mrongos. Aku nggak hitam. Aku juga nggak ketangkep polisi atau suka lupa kayak kakakku itu. Aku juga selalu pakai jilbab. Bajuku berlengan panjang dan selalu menutup aurat. Makanya, aku jadi heran sendiri kenapa mereka menyebut aku tomboy. Aduuuh, kenapa sih?! Judul : Santri Tomboy Penulis : Shachree MD Tebal : vi + 180 hal Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-59-7 Terbit : Cet I, Maret 2006

0 komentar

Thursday, August 18, 2011

Santri Nekat

Thursday, August 18, 2011
Jaka emang nekat. Benar-benar nekat. Gimana enggak, ia berargumen kalau cinta itu melulu urusan hati. Bukan urusan Gus atau urusan seorang Kiai. Makanya, ia berani menaruh cinta pada ningnya, puteri Kiainya, Ummu Mufidah. Meskipun ia asalnya adalah preman, tukang nyolong yang kesasar jadi murid sang Kiai. “Kera apa yang bisa menyeberangi lautan?” begitu kata anekdot mengistilahkan. Jawabnya tentu hanya, “Kera nekat!” “Kambing mana yang makan di restoran?” “Ya, kambing nekat.” Cuman apesnya, bagi yang nekat urusannya belakangan. Kalau beruntung ia bisa dapat. Kalau tidak, ya hanya jadi korban percuma. Lalu, gimana dengan Jaka?
Judul : Santri Nekat
Penulis : Otto Sukatno
Tebal : vi + 222 halaman
Ukuran : 11 x 17 cm
ISBN : 979-8451-58-9
Terbit : Cet I, Februari 2006

0 komentar

Tuesday, August 02, 2011

Love in Pesantren

Tuesday, August 02, 2011
Cinta boleh datang kapan saja, di mana saja, ke siapa saja. Nggak pandang-pandang, cinta juga boleh bersemi di hati Komar, hanya karena pandangan manis adik kelasnya itu pas pramukaan. Sah-sah aja kok! Eh, tapi kalo Komar yang dimaksud adalah anak bengal ples nakal yang nyantri di Pesantren Abu Darda. yang di sekolah sukanya telat, mbolos, sama bikin Pak Asnil sama Pak Pranoto, guru bagian kesiswaan, geleng-geleng kepala. Kalo mesti bersitegang dengan para ‘pembenci’ cinta. Pasti, nih dia kisah serunya cinta di pesantren!
Judul : Love In Pesantren
Penulis : Shachree M.D
Tebal : vi + 222 halaman
Ukuran : 11 x 17 cm
ISBN : 979-8451-57-0
Terbit : Cet I, Januari 2006

0 komentar

Thursday, June 30, 2011

Pangeran Mahbub Bersarung

Thursday, June 30, 2011
“Brak!” Sarung itu ditarik dengan cepat dan mendadak, hingga mlotrok. Sorak-sorai itu pun berubah menjadi hujan, gerrr! Puji buru-buru mengangkat sarungnya kembali sambil nyengir malu campur marah. Dirasakannya seluruh tubuhnya berwarna merah. “Belum santri!”, celetuk si Ipin. “Kalau sudah santri, disebrak kayak apa pun nggak bakal melorot!”, “Mau coba yang nyantri?” Wawan menjulurkan badannya. Puji diam saja. Masih malu, Wawan menyuruh salah satu santri yang jadi suporter untuk menarik sarungnya kuat-kuat. “Hup! Hup! Hup! Hup!” Walau berkali-kali si santri menarik keras-keras, sarung Wawan tetap tidak bergeming.
Sahabat Matapena pasti sudah baca novel ini... Siapa yang belum baca? Pangeran Bersarung karya Kang Mahbub Djamaluddin masih tersedia lho di toko-toko terdekat kalian. Jika mau, kalian juga bisa pesen langsung ke Komunitas...
Judul : Pangeran Bersarung
Penulis : Mahbub Jamaludin
Tebal : vi + 412 halaman
Ukuran : 11 x 17 cm
ISBN : 979-8451-47-3
Terbit : Cet I, Oktober 2005

0 komentar

Wednesday, June 22, 2011

Kidung Cinta Puisi Pegon

Wednesday, June 22, 2011
Kita nggak tahu, gimana harus bilang cinta, trus dengan apa mesti ngomong sayang. Apalagi harus memanjat tembok tinggi yang namanya keamanan. Yah, keamanan lagi. Apa kata para santri nanti, masak keamanan yang harusnya njaga baik-baik tata tertib pondok, malah cinta-cintaan gitu loh . . . Atau diam? membiarkan semuanya memudar, melewati kilasan peristiwa dan takdirnya? Jika ada cinta karena puisi, jika karena cinta orang bisa berpuisi, atau jika cinta bisa terkirim lewat puisi, tentu Kidung Cinta Puisi Pegon, bukan cerita basa-basi.
Judul : Kidung Cinta Puisi Pegon
Penulis : Pijer Sri Laswiji Tebal : vi + 222 halaman Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-45-7 Terbit : Cet I, Agustus 2005

0 komentar

Wednesday, June 08, 2011

Bola-Bola Santri

Wednesday, June 08, 2011
Sachree M. Daroini. Yah, siapa yang belum kenal dia. Hampir setiap kali even yang diselenggarakan Komunitas Matapena, dia hadir di tengah-tenganya. Sosok yang satu ini adalah salah satu dari generasi assabiqunal awwalun dalam membidani lahirnya Komunitas Matapena. Kali ini, mari kita ingat lagi salah satu karyanya yang berjudul "Bola-Bola Santri". Sahabat matapena tentu sudah membaca karya itu. sedikit untuk mengingatkan, tentang bagaimana Gus Mada, Gus Hisyam, dan Gus Munir bengong. Nggak bisa membayangkan kalau mereka (akan) tanding bola sama anak-anak kampung. Mau ngajak siapa? Para santri Al-Bakir? Jangankan punya seragam atau celana lapangan, bersentuhan sama bola pun nggak pernah. Para santri itu cuma punya sarung, baju, dan kopiah yang sudah pada kusam dan lusuh. Tak ada alas kaki, lebih-lebih sepatu. Jangankan melihat sepak bola di tv, acara tv aja mereka nggak tau apa-apa. Apalagi membaca kabar-kabar bola di majalah, bahkan koran aja dilarang masuk pondok! Ketiga Gus kecil itu saling diam, memikirkan cara untuk menyelamatkan harga diri serta warisan kakek mereka; pondok dan santri Al-Bakir! Judul : Bola-Bola Santri Penulis : Sachree M. Daroini Tebal : vi + 200 halaman Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-44-9 Terbit : Cet I, Agustus 2005

25 komentar

Monday, June 06, 2011

LIBURAN SASTRA DI PESANTREN #6

Monday, June 06, 2011
Ajang TEMU SANTRI dalam semangat keberagaman dan kebhinekaan melalui SASTRA. Bareng Komunitas Matapena Yogyakarta. Segera daftarkan dirimu, ya? 24-26 JUNI 2011 di Pesantren Budaya, Pesantren Kaliopak Yogyakarta. Pendaftaran bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Kalian bisa langsung datang ke basecamp Rumah Kreatif matapena, mengirimkan konfirmasi melalui email, @twitter, inbox FB, atau SMS pada CP Panitia. Karena peserta terbatas, so, buruan daftar sekarang juga...!!!

1 komentar

Tuesday, May 31, 2011

Santri Baru Gede

Tuesday, May 31, 2011
Hai, Sobat muda Matapena... Ini, nih... novel Matapena yang bakal difilmkan di layar kaca rumahmu... Santri Baru Gede. Ya, Novel karya Kang Zaki Zarung yang dulu (bahkan dulu sekali, kita bacanya) itu, bakal diangkat kembali ke permukaan. Jangan khawatir, meski Sobat muda sekalian kini sudah kesulitan mendapatkannya di toko-toko buku terdekat. Tapi yang jelas, novel-novel Matapena kan emang keren-keren. Ya, kan?! Oke, deh. Sedikit mengobati rasa penasaran, en sekalian biar tambah penasaran, atau setidaknya kembali ingatan (eh, mengingat kembali, maksudnya. Sworry... sengaja, hehe), tak kasi bahan ramuannya, tapi sedikit saja ya... "Ada yang meletup-letup di dadanya tiap kali papasan sama Filan. Ada yang mendayu-dayu di hatinya tiap kali ngobrol sama adik kelas yang kiut abis di sekolah itu. Ada... pokoknya semuanya ada. Oh tidak! Jangan-jangan... naksir cewek?! Ih, tidaklah yau! itu nggak ada dalam kamus santrinya. Biar aja Bayu, sohib karibnya, mencak-mencak gara-gara prinsipnya itu. Biar aja temen-temen ceweknya pada gemes ngeliat sikap kulnya. Santri sejati, Men! taat peraturan pondok. Tapi kalo emang iya! pasti, Raha bakal ketiban masalah...[MF]

1 komentar

Saturday, May 28, 2011

Panas Soc-Med Komunitas Matapena

Saturday, May 28, 2011
Yogyakarta-Bersama Mas Wisnu Hardana, Komunitas Matapena Yogyakarta menyelenggarakan Training Social-Media di Rumah Kreatif (RK) Matapena. Seperti yang sudah diberitahukan lewat FB dan Twitter, hari ini RK Matapena akan dihadiri Sahabat-sahabat dari Rayon Komunitas Matapena di seluruh penjuru. Benar saja, meski suasana panas di dalam ruangan, tampak para peserta pelatihan masih enjoy dengan joke-joke dari Mas Wisnu. Lebih Spesifik, training ini lebih fokus pada media jejaring sosial twitter. Kata Mas Wisnu, "apa yang kita lakukan dalam media jejaring sosial seperti ini, adalah wujud dari kehidupan nyata..."[MF]

0 komentar

Dilarang Jatuh Cinta

JATUH CINTA aku tidak takut mati aku hanya takut setengah mati ketika dilarang jatuh cinta ketika cintanya sudah datang, jatuhnya sudah berdiri dan cintanya sudah berlari… aku mencintaimu dalam hatiku oleh bibirku dan dengan perbuatanku dan di hari berbangkit aku akan mencarimu menyua rindu… walau aku bukan rembulan di langit hatimu… (bersambung, diambil dari novel dilarang jatuh cinta) "Hanya orang-orang bodoh yang bisa jatuh cinta!" kata ayah marah. Zulaikha tak berani mengangkat mukanya. Pikirannnya melayang tidak karuan. Kalimat demi kalimat berloncatan dalam benaknya. Tapi mulutnya terkatup bisu. Sebenarnya ia sudah berteriak kerah sekali-dalam hati. Tapi ayah tak mendengarnya. "Siapa laki-laki itu?" ... Temen-teman tentu masih ingat dengan novel ini. Zulaikha nggak pernah belajar cinta. Mana pernah belajar cinta, orang ia aja nggak percaya cinta. Apalagi dari bokapnya, Raden Mas Gus Zulkifli el Habieb. "Hanya orang-orang bodoh yang bisa jatuh cinta," begitu katanya. Mungkin cuma Amar, si Malaikat Hati yang bisa membuka mata hati Zulaikha, untuk mengenal, merasa, en memahami cinta. (Dilarang jatuh cinta. Nggak ada maksud ngelarang cinta Tapi, bikin kamu percaya cinta). Judul : Dilarang Jatuh Cinta Penulis : S. Tiny Tebal : vi + 130 halaman Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-39-2 Terbit : Cet I, Agustus 2005

0 komentar

Monday, May 23, 2011

Rock Mini Band

Monday, May 23, 2011
NOVEL baru terbitan MATAPENA. Bukan Rock n Roll, tapi nge-rock yang cadas abisss.. Kocak dan gaul. Tapi tetep NYANTRI banget. Dibela-belain ke studio rentalan musik. Nge-rock. Pulangnya langsung ngaji "mbalah Kitab Kuning" di pondok pesantren mereka. Hanya ada di NOVEL ini. Diskon khusus untuk anggota komunitas Matapena. BURUAN!!
Judul: ROCK MINI BAND; kisah santri Rocker Penulis: Fuad Hanif Ukuran:13 x 20 cm
Novel pop remaja ini mengisahkan tentang tiga santri Pondok Pesantren Ar-Rahman; Jeko, Luki, dan Frengki. Ketiganya penggila musik rock. Masing-masing memiliki talenta memainkan alat musik rock. Ketiganya lalu membentuk sebuah grup musik rock yang mereka namai “ROCK MINI”. Tentu saja grup musik rock ini tidak berada di pesantren tempat mereka tinggal. Di studio musik tak jauh dari pondok pesantren, mereka bertiga mengasah eksistensinya dengan mengajak Uyun, gadis penduduk setempat vokalisnya. Jadilah grup musik rock itu digawangi empat sekawan yang unik.
Latihan nge-band tiga santri itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, tepatnya mbolos dari kegiatan rutin mengaji di pondok. Berkali-kali ketahuan, mereka toh tidak kapok juga. Permasalahan muncul ketika sang gitaris, yang menjadi tokoh sentral dari novel ini, Jeko mendapati kegelisahan seorang remaja yang mengganggu pribadinya. Dimulai dari kisah asmaranya yang pupus di awal kisah pada seorang gadis desa bernama Ririn hanya karena persoalan sepele; lupa jam janjian ketemuan! Berdampak pada semangat latihan memainkan musik cadas bersama teman-temannya. Lalu masalah pribadi karena dipanggil Kyai Rahman akibat suka bolos, lalu kegelisahan hebat yang ia rasakan saat menyendiri. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hidupnya mulai mengusik terus hingga Jeko kian menjauh dari grup musik ROCK MINI. Padahal tak berapa lama lagi mereka akan mengikuti festival musik rock terbesar di negeri ini...[MF]

0 komentar

Tuesday, April 26, 2011

Masih Eksis; Santri Semelekete

Tuesday, April 26, 2011
Halo... Endang Jumilah. Seorang cewek badung, sok tajir, sok gaul, sok jagoan pula, walau sebenarnya merasa lemah. Sebel dan nggak level pacaran sama santri. Levelnya sama cowok gaul en dandy. Anggota G@sinx di SMA-nya. Geng yang doyan ngerjain guru dan ngusilin anak-anak yang keliatan rada alim, culun, atau bego banget. Eh, tau-tau nyantri di pesantren. Peraturan ketat, kegiatan segudang, jilbab en baju gedombrohan, de el el. Dan malah, naksir ustadz sendiri lagi! Ck... ck... ck... Kebayang kan, gimana hebohnya tuh cewek ‘santri’? Iya, Meski bukan buku baru, tapi Santri Semelekete bukan sekedar sisa.... Judul : Santri Semelekete Penulis : Ma’rifatun Baroroh Tebal : vi + 200 halaman Ukuran : 11 x 17 cm ISBN : 979-8451-43-0 Terbit : Cet I, Agustus 2005 Harga: Rp 15.500

0 komentar

WIGATI

Wigati; Lintang Manik Woro, Pelet Kendhit Kayu Timaha, Keris Deder Raja Mala, Warangka. "Lintang..." "Manik!" Sahutku menyela. Aku tak suka dipanggil Lintang. Dia tersenyum. ... Hari ini, satu janin naskah yang bakal diterbitkan Matapena dibedah di Rumah Kreatif Matapena. Ini untuk yang ke sekian kalinya. Bakal novel dengan rencana judul "WIGATI" ini mengisah tentang perjalanan Wigati, gadis yang nyantri di sebuah pesantren ndeso lewat narator tersendiri. Seorang tokoh yang yang akan dan sekaligus menjadi teman akrab tokoh Wigati. Ya, Lintang Manik Woro... Lagi, Pelet Kendhit Kayu Timaha. Sebuah Keris yang dipesan oleh tokoh Abuyya, kakek Wigati dari garis ayah, terhadap Ki Suronggono yang tak lain kakek Wigati pula dari garis ibu. Pertemuan ayah dan ibu Wigati diawali pemesanan keris itu sendiri. Keris Deder Raja Mala, adalah satu di antara keris yang pernah dibuat oleh Ki Soronggono. Kelak, keris itulah yang bakal mempertemukan antara Wigati dengan ayahnya yang "menghilang". Warangka, kayu timoho. Konon dimana terdapat tembuhuan tersebut, Kanjeng Sunan Kalijaga pernah singgah di tempat tersebut. Bagaimana kelanjutannya...? Nantikan![MF]

2 komentar

Thursday, April 21, 2011

Tahlilan Sastra; April Bulan Sastrawan

Thursday, April 21, 2011
Salam Sastra... Sahabat, tanggal 29 April besok, Matapena bakal menggelar Tahlilan Sastra di Rumah Kreatif. Bakal hadir dalam acara tersebut pementasan Musikalisasi Puisi dari teman-teman JAB (Jaringan Anak Bangsa) - UAD. So... ajak teman, temannya teman, pacar, pacarnya pacar, dan rekan-rekan lain. Mari kita pungkasi bulan sastrawan di tahun 2011 ini dengan mengapresiasinya bersama...

1 komentar

Tuesday, March 29, 2011

Selayang Pandang Workshop Klaten

Tuesday, March 29, 2011
KLATEN-penuh bahagia. Tiga hari sudah berlalu dengan suasana yang bahagia. Tim dari Komunitas Matapena bekerjasama dengan Pon Pes Al-Muttaqien Klaten berhasil menyelenggarakan Workshop Living Values Education (LVE) bertemakan "Belajar Bareng Menghidupkan Nilai-Nilai di Pesantren" dengan lancar. Semenjak awal pelaksanaan, indikator keberhasilan acara tersebut tampak pada antusiasme calon peserta workshop. Mereka yang terdiri dari delegasi 30-an Lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, pada pelaksanaannya memenuhi presensi kegiatan dalam setiap session. Memang barangkali mereka memiliki motivasi yang berbeda. Namun yang dapat mempertemukan mereka dalam acara tersebut, satu di antaranya adalah semangat untuk tholabul 'ilmi. Acara ini, disengajakan dalam rangka mewujudkan aktivitas pendidikan yang berbasis nilai meski langkah yang dilakukan melalui workshop tersebut adalah satu langkah kecil. Secara konseptual, realisasi ini merupakan wujud dari gagasan yang lahir dari musyawarah 20 pendidik dari seluruh dunia dengan berbagai kegelisahan (konvensional dan universal) dari Negaranya masing-masing (termasuk Indonesia). Pada pertengahan 90-an, lahirlah semangat yang hingga saat ini dikenal dengan Living Values Education (Pendidikan Menghidupkan Nilai). Sedikit demi sedikit, semangat ini ditularkan pada para pendidik di Indonesia sendiri. Baik secara individu maupun institusional. Dalam perjalanannya, di Indonesia mulai bermunculan beberapa tokoh seperti Budhy Munawar Rahman yang sekaligus menjadi penanggung jawab program ini di Indonesia. Kemudian Saifudin Amsa, seorang praktisi pendidikan yang kini masih melanjutkan S2-nya di Kampus Sanata Dharma Yogyakarta, serta D. Zawawi Imron, Penyair dan pendidik kawakan dari Madura. Selain itu, dalam pelaksanaannya, konsep pelatihan tersebut sengaja dikemas secara sederhana dan santai. Sehingga materi-materi dalam setiap session bisa disampaikan kepada peserta secara maksimal meski dengan durasi waktu yang terbatas. Terbukti bahwa sebagian besar pesertanya menyampaikan apresiasi positif dalam beberapa kesempatan. Sebagaimana yang disampaikan Ustadz Sunaryo saat kami wawancarai di sela-sela waktu break. "Saya harap acara ini tidak berhenti sampai di sini. Dalam arti, dari Tim Matapena bisa memberikan follow up pada kami di kemudian hari," ungkap Beliau dengan mantap. Hal senada juga disampaikan Bu Atik, seorang pengajar di salah satu Sekolah Dasar di Klaten. Bahkan Beliau menyampaikan rasa kegembiaraannya atas pelaksanaan workshop tersebut. Menurutnya, banyak hal-hal sederhana yang sebelumnya sudah dipahami akan tetapi belum tergambar secara baik untuk dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. "Dengan pelaksanaan pelatihan ini, saya jadi terinspirasi untuk menjadi pengajar yang baik," tandasnya. Sementara, dalam kesempatan yang lain, Gus Jazuli selaku Shohibul Bait, menilai acara inilah yang memang semestinya harus dilakukan oleh para pendidik sekarang. Dengan melihat situasi zaman serta konfigurasinya terhadap realitas yang terjadi di masyarakat dan lingkungan pendidikan terutama, masyarakat harus bahu-membahu dalam rangka memajukan sistem transformasi ilmu pengetahuan di Negara ini. "Ya, memang harus dilakukan dari yang terkecil dan terdekat dengan kita."[MF]

1 komentar

Wednesday, March 09, 2011

ARJUNA menulis CINTA

Wednesday, March 09, 2011
Matapena rayon Tremas kembali bersemangat. Workshop creative writing pun kemudian diselenggarakan untuk para anggota baru Komunitas Matapena oleh ARJUNA (Attarmasie Jurnlistik) bersama tim Komunitas Matapena. Setelah mempersiapkan segalanya, workshop berhasil dilaksanakan selama dua hari, 24-25 Februari 2011 yang bertempat di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan. Komunitas Matapena mendelegasikan Pijer Sri Laswiji dan Shofaun Nafis sebagai fasilitator dalam workshop ini, yang juga menjadi salah satu agenda komunitas untuk para anggota barunya. Acara yang dimulai kamis ba’da dhuhur ini dibuka oleh Pembina ARJUNA, Bapak Badruddin. Beliau berpesan agar para santri pasca mengikuti acara workshop ini semakin bersemangat untuk menulis dan menunjukkan karyanya. Berbekal dari pesan ini, tim fasilitator Matapena berusaha memberikan motivasi menulis yang disampaikan pertama kali sebelum membahas hal-hal tentang menulis dan sastra. Untuk memudahkan santri memotivasi diri, mereka diajak menemukan kendala dan kesulitan mereka dalam menulis. seperti "malas, sulit mengatur waktu, bagaimana memulai cerita, dan alasan-alasan umum lainnya. Secara bersama-sama membahas dan menemukan solusi. Setidaknya setelah itu mereka berwajah berseri karena semangat dan niat sudah tertancap dalam dan siap terus menulis. Hingga jum’at sore peserta workshop makin bersemangat. Mulai dari pagi peserta bersama-sama berolah raga di pinggir sungai yang cukup besar tidak jauh dari pondok (yang terpenting dari aktivitas dalam outbond itu adalah aktivitas menulis mereka dipinggir sungai untuk mengasah kepekaan rasa, memaksimalkan alat indra sekaligus refreshing. Rata-rata kesan mereka sangat exited karena kesempatan bisa keluar pondok sangat terbatas) . Kemudian dilanjutkan pembahasan unsur-unsur intrinsik. Dalam session ini selain berbagi pengalaman dalam hal tehnik menulis cerpen, peserta diajak langsung praktik menulis ide, menentukan tokoh-tokoh, membuat abstraksi, kerangka cerita, opening dan ending). Acara dilanjut dengan materi ekstrinsik dimana kemudian peserta dibagi 10 kelompok dan diajak membuat poster-poster yang mempunyai pesan moral dan kemudian mendiskusikannya secara bergiliran. Ditambahkan kemudian, dengan materi olah bahasa (peserta diajak langsung praktik mengasah bahasa mereka dengan mengedit potongan-potongan cerpen yang belum jadi…) sebagai penutup. Di akhirnya, peserta menyampaikan kesan dan pesan mereka tentang workshop creative writing ini. Beberapa hal yang tertangkap oleh tim Matapena, dibawa pulang ke Jogja dan barangkali dapat diwujudkan di belakang hari. Terakhir, acara musyafahah pun mengundang haru, seolah mereka belum menuntaskan rasa haus bersastra bersama. Senyum dan semangat peserta mengantarkan kami kembali ke Jogja, yang sebelumnya kami mampir ke area ‘Expo Hasta Karya Santri 2011’ oleh para santri Tremas. [VA]

1 komentar

Monday, February 28, 2011

Tasyakkuran Rumah Kreatif Baru

Monday, February 28, 2011
Salam Sastra...
Salam Budaya...


Sahabat Matapena, dalam rangka tasyakkuran rumah baru, Matapena bakal menyelenggarakan senarai acara pada hari Selasa (01/03). Senarai ini akan digelar di Rumah Kreatif Matapena yang baru; Jl. Lingkar Selatan, Wojo RT 06 Gang Nakulo No. 182 A. Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta 55187.

Senarai ini akan diisi dengan Khatmul Qur'an sejak pagi hari (Pukul 8.00 WIB). Dan menyerangkai setelahnya Performent dari Akhiriyati Sundari, Kong Draman, dan Monolog dari Peppi Al-Ikhtiqom. Sebagai pemantik, kita bakal menyaksikan pentas teater dengan tema "Habis Terang, Habis Cahaya, Hilang Cahaya" dari komunitas Sangkal Yogyakarta. Acara akan dimulai pukul 19.00 WIB. Tapi, kami juga tidak menutup kesempatan bagi Sahabat-sahabat yang ingin membacakan puisi atau prosa (lain) dalam acara tersebut.

Jadi, acaranya kurang lebih seperti malam Tahlilan Sastra yang diadakan secara rutin oleh Matapena. Hanya bedanya adalah partisipasi dari Sahabat Matapena. Jadi semakin banyak teman-teman berpartisipasi, akan semakin menyemarakkan acara ini. So, ajak rekan, teman, temannya teman, istri, pacar, bahkan pacarnya pacar (jika berani, hehe)... Kami atas nama keluarga, akan menyambut dengan gembira kehadiran dari Sahabat semua... [MF]

2 komentar

Friday, February 25, 2011

Menyemaikan Nilai-Nilai Sastra di Pedesaan*

Friday, February 25, 2011
Menyimak kegiatan LSdP (Liburan Sastra di Pedesaan ) #5 yang diadakan oleh Komunitas Matapena Yogyakarta, 26-28 Desember 2010 memberikan nuansa yang baru bahkan bisa dikatakan berbeda dari LSdP sebelumnya yang berlokasi di pesantren. Hal ini karena LSdP kali ini diadakan di pedesaan yang masih memegang tradisi dan budaya lokal masyarakat setempat. Tepatnya di Dusun Santan Guwosari Pajangan Bantul, dusun yang juga sering digunakan untuk kegiatan yang bersifat akademis, seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN)dan Latihan Kader Dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (LKD PMII) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Lalu bagaimana jika kegiatan sastra–yang selama ini masih dianggap ekslusif–berbaur dengan kondisi sosial masyarakat setempat? Tentu sebuah pertanyaan menarik akan muncul. Mungkinkah sastra bisa menjadi bagian dari masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai luhur atau dapatkah sastra mengangkat harkat dan martabat umat manusia dus penduduk sebuah dusun? Sebuah karya sastra lahir dari persentuhan seseorang baik secara langsung atau tidak dengan ranah sosial. Akan tetapi, selama ini sastra belumlah begitu karib di kalangan masyarakat awam kalau tak boleh dibilang tak dikenal sama sekali.

Lalu apa yang bisa diharapkan dari sebuah karya sastra? LSdP adalah bagian dari kegelisahan para pegiat dan penikmat sastra yang menamakan diri Komunitas Matapena, yang coba diwujudkan dalam bentuk kegiatan positif. Komunitas Matapena yang selama ini konsen terhadap pernik-pernik lokalitas merasakan pula bagaimana kondisi masyarakat sekarang yang tak sedikit mulai tercerabut dari akar nilai-nilai kemanusiaan. Sementara manusia memiliki sebuah nilai di dalam nuraninya yang masih tersimpan, seperti nilai-nilai kejujuran, perdamaian, kebersamaan, dan lain sebagainya. Nilai tersebut adalah ruh seyogyanya mengisi sebuah karya sastra. Nilai-nilau itu pulalah yang masih banyak dilahirkan dan bertebaran dalam kebudayaan masyarakat pedesaan. LSdP bisa menjadi alat untuk menyemaikan kembali rasa kebersamaan, kejujuran, cinta dan kasih sayang di dalam kehidupan yang beraneka ragam.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra baik itu puisi, cerpen, novel–melalui LSdP–haruslah transformasikan terus kepada generasi -generasi baru sebagai bagian untuk menyemaikan nilai-nilai luhur dalam berkarya sastra. Sebuah karya sastra yang yang tidak melahirkan sisi-sisi ruang kemanusiaan tentulah akan menguap begitu saja, tidak akan membekas bagi orang-orang yang menikmatinya. Baik itu pembaca, masyarakat, atau penulis itu sendiri.

Tentu bukan hal yang mudah untuk menyebarkan nilai-nilai kejujuran, gotong royong, perdamaian dan lain sebagainya, butuh sebuah proses panjang dan berkesinambungan dari setiap generasi. Paling tidak dari sebuah karya sastra yang ditulis oleh orang yang berhati jernih dan memiliki kemanusiaan tentu akan melahirkan sebuah karya sastra yang berpengaruh terhadap perubahan kebudayaan manusia. Tanpa itu semua sebuah karya sastra akan dianggap sebagai barang yang dijual murah.

Persoalan yang terjadi di masyarakat akan bisa dijawab oleh karya sastra yangmemiliki sifat kemanusiaan. Manusia dan karya sastra dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Sastra membutuhkan manusia-manusia yang berhati jernih untuk bisa menangkap kondisi sosial masyarakat yang terus berkembang untuk kemudian dituangkan dalam sebuah karya. Perkembangan kebudayaan umat manusia itu tidak mengenal batas ruang dan waktu baik di pedesaan maupun perkotaan. Ketika penyebaran nilai-nilai sastra sudah merata maka sebuah karya sastra akan memiliki derajat yang tinggi. Amin.[]

*Humam Rimba Palangka. Lahir di Kebumen, 6 Mei 1982. Pernah bergiat di Komunitas Sangkal Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Karyanya pernah dibukukan dalam Antologi Jalalah, diterbitkan di Majalah BAKTI dan Indipt Online. Sekarang aktif di Komunitas Remaja Desa Kembaran.

1 komentar

Saturday, January 29, 2011

Ngeblog Lagi Yuuuk ...

Saturday, January 29, 2011
Buat teman-teman yang rajin berkunjung ... terima kasih tak terhingga atas kunjungan kalian. Lama sekali tak ada cerita di sini, bukan karena tidak ada cerita. Meski sebenarnya tak layak menjadikan kesibukan sebagai alasan absennya cerita di blog ini, kenyataannya memang demikian. Padahal, Matapena semakin seru. Workshop, roadshow bersama Geng Kobra, dan terakhir Liburan Sastra di Pedesaan, dan malah yang paling up to date, Matapena pindah basecamp.

Here we go alamatnya:
Alamat Baru Rumah Kreatif Matapena
Jl. Lingkar Selatan
Wojo No. 182 Rt.06
Gg. Nakulo Bangunharjo Sewon
Bantul Yogyakarta 55187
Tlp. (0274)4396372

Dan, karena web Matapena sedang dalam perbaikan, yuuuk meramaikan blog ini lagi ... Juga buat teman-teman yang punya Facebook, Matapena ada di sini dan di sini. Okay!

1 komentar

Saturday, January 15, 2011

Mau Masukin Naskah?

Saturday, January 15, 2011
Berhubung banyak teman Matapena yang bertanya tentang bagaimana cara masukin naskah, berikut ini ya jawabannya ...

Matapena membuka kesempatan selebar-lebarnya buat teman-teman yang ingin menerbitkan naskah tulisan. Mau tahu tara-caranya? Ini dia:

1. Naskah bergenre novel pesantren: meramu semua yang lucu-wagu yang mungkin dianggap sepele, sampai yang nyinyir-kritis yang bisa dianggap serius, tentang cerita santri dan pesantren. Sasaran pembaca adalah usia 14-20.

2. Ditulis dengan bahasa yang cair dan meremaja.

3. Memuat nilai pluralisme dan tidak mengandung SARA.

4. Panjang tulisan tidak lebih dari 100 halaman kwarto 2 spasi, font TimesNewRoman12.

5. Naskah dalam bentuk print out dikirim ke alamat redaksi Matapena: jln Parangtritis Km. 4,4 Salakan Baru No.1 Sewon Bantul Yogyakarta. Atau via email: matapena_jogja@yahoo.com.

6. Jawaban naskah akan kami beritahukan via pos, email, atau telpon paling lambat tiga minggu setelah naskah sampai ke meja redaksi.

7. Jika belum jelas bisa hubungi: matapena_jogja@yahoo.com

kami tunggu naskah teman-teman ya...

salam.


0 komentar